Pangkalpinang, INFO_PAS – Kembali Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Pangkalpinang (Lapas Pangkalpinang) terus berupaya memenuhi hak-hak Warga Binaan dengan meningkatkan Literasi melalui Transformasi Perpustakaan berbasis Inklusi Sosial.
Kali ini, inovasi terbaru dari Lapas Pangkalpinang yaitu, Pisang Manis atau Program Inklusi Sosial yang Mengayomi dan Humanis.
Kepala Lapas Pangkalpinang, Badarudin mengatakan bahwa, Inovasi tersebut menggandeng Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Pangkalpinang,
“Inovasi terbaru ini untuk memenuhi hak Tahanan dan Warga Binaan guna mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa yang tidak dilarang,” kata Badarudin dalam rilisnya, Senin (18/9)
“Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerja dan meningkatkan pelayanan yang lebih baik, memastikan terpenuhinya hak-hak dasar Warga Binaan dan semua itu tentunya membutuhkan dukungan instansi terkait, masyarakat juga media,” sambungnya
Hak Tahanan dan Warga Binaan untuk mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa yang tidak dilarang telah diatur pada pasal 7 dan pasal 9 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2022 Tentang Pemasyarakatan.
Untuk melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut, saat ini Perpustakaan Lapas Pangkalpinang telah terdaftar pada Perpustakaan Nasional RI. Menurut Badarudin, pihaknya menyediakan 1.000 koleksi buku bantuan dari Perpustakaan Nasional (Perpusnas), 200 eksemplar dari Perpustakaan Kota Pangkalpinang. Setiap tiga bulan, judul judul buku tersebut selalu diperbaharui. Ditambah adanya operasional layanan mobil Perpustakaan keliling setiap satu minggu sekali.
“Yang dimiliki Lapas Pangkalpinang sendiri 200 eksemplar buku dengan judul berbeda, kita juga telah memilki ruang Perpustakaan yang dapat dipergunakan oleh Warga Binaan untuk membaca sesuai dengan minat dan bakatnya,” bebernya.
Adapun tujuan utama dari Inovasi Pisang Manis ini adalah untuk meningkatkan kualitas program pembinaan baik pembinaan kepribadian maupun pembinaan kemandirian bagi Warga Binaan, inovasi ini hadir dengan gagasan dan ide baru.
Literasi dimaksud bukan hanya sebatas kemampuan Warga Binaan membaca atau menulis, tetapi mampu menerapkan, mengembangkan dan mempraktekkannya, serta dapat mentransfer wawasan dari hasil membaca buku yang diperoleh secara langsung.
"Perpustakaan Lapas Pangkalpinang adalah Perpustakaan yang bersifat khusus karena melibatkan Warga Binaan secara aktif, Petugas Pemasyarakatan, instansi terkait dan masyarakat lainnya," tutup Badarudin. (Kp)